Misalnyadengan berolahraga dan memakan makanan yang halal dan bergizi. Mensyukuri nikmat sehatnya (normalnya) pendengaran, penglihatan, dan suasana hati, haruslah disyukuri dengan jalan hanya mendengar, melihat, dan merasakan yang baik-baik dan halal saja menurut aturan Islam.
Jadi Allah baru akan menambah kenikmatan kepada seseorang, jika ia mensyukuri (menghargai) nikmat itu dengan lisan/ucapan, hati dan perbuatan. Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkan 3 (tiga) hal ini sebagai Qaidun-Ni'mah (Pengikat Nikmat); yaitu 3 (tiga) hal yang membuat nikmat menjadi terikat, tidak lepas, berkurang atau hilang.
Artinya Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.". Sudah jelas dalam ayat ini menjelaskan bahwa siapa saja yang bersyukur maka nikmatnya akan ditambah.
DanAllah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian (Al-Baqarah: 172). Kemudian Nabi ﷺ menyebutkan perihal seorang lelaki yang lama dalam perjalanannya dengan rambut yang awut-awutan penuh debu, lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, Wahai Tuhanku
Sehinggamuncul krisis yang ketiga, yaitu krisis keuangan. Beberapa negara yang tidak kuat, ambruk karena sudah tidak memiliki uang kes, baik untuk membeli energi (bensin dan gas) atau membeli pangan," ujarnya.Di bidang energi, ujar Kepala Negara, pemerintah telah menggelontorkan subsidi untuk menekan dampak dari lonjakan harga bahan bakar
KandunganAl-Qur'an Surat Al-'Ankabut Ayat 17 Ihwal Mensyukuri Nikmat Allah Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kau mengikuti langkah-langkah setan. Sedang kuliner yang halal dari segi hakikatnya yaitu kuliner yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar berdasarkan
Dalamayat di atas, Allah SWT memerintah orang-orang yang beriman agar memakan makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Rezeki yang halal dan baik, serta dibutuhkan oleh tubuh kita. Karena ada makanan itu halal tapi tidak dibutuhkan oleh tubuh kita.
Sebagai manusia sudah sepantasnya kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, baik itu yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Menurut bahasa, kata "nikmat" berasal dari bahasa arab yang artinya segala kebaikan, keenakan sesuatu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat seperti ilmu dan ahlak mulia.. Setiap hari Allah telah memberi banyak nikmat kepada kita
EU6Q3F. Oleh Muslimah—– Kita harus selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alla yang telah memberikan berbagai kenikmatan seperti nikmat hidup, nikmat iman, sehat, dan lain sebagainya sehingga kita bisa menjalankan aktivitas dengan berbagai kemudahan apalagi seperti pada masa serba canggih sekarang ini. Bahkan jika coba untuk menghitung nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’alla berikan niscaya kita akan sangat bersyukur bahkan wajib bersyukur dan sangat tidak pantas mendustakan nikmat yang telah Allah subhanahu wa ta’alla berikan kepada kita. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi dengan pembaca tentang syukur. Apa sih syukur itu? Arti kata syukur secara umum adalah berterima kasih kepada yang telah memberikan sesuatu kepada kita. Menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’alla dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Kita bahkan tidak bisa memilih dilahirkan di mana, dengan orang tua siapa, dan dalam keadaan seperti apa. Kita telah dilahirkan dalam keadaan yang serba baik serba berkecukupan, Alhamdulillah dilahirkan pada keluarga yang beriman, bahkan kadang kita lupa bahwa jika Allah Subhanahu wa Ta’alla tidak berkenan, maka semua kebaikan tersebut tidak akan dapat kita nikmati. Allah Subhanahu wa Ta’alla berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat ke-7 Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Bersyukur tidaklah mudah untuk dilakukan. Memang lebih mudah bicara, apalagi hidup di dunia sekarang ini banyak tuntutan, gaya hidup yang sosialita. Jika kita mudah terpengaruh oleh gaya hidup yang tidak bisa kita penuhi dengan pemasukan kita atau jauh dari jangkauan kita, maka kita tidak akan pernah bisa merasa cukup dengan apa yang kita miliki saat ini. Kita hanya akan mengeluh karena kekurangan dan tidak akan bisa bersyukur. Bersyukur bukan berarti menyerah dengan keadaan kita sekarang ini. Dalam Bahasa Jawa ada istilah “nglokro” untuk menyebut kondisi tersebut. Syukur tidaklah kemudian diartikan menganggap memang sudah takdirnya sehingga kita malas untuk berusaha meraih keinginan atau cita-cita. Jadi dengan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alla kita tetap berusaha memperbaiki hidup kita untuk menjadi lebih baik dari sekarang. Marilah kita bersama berusaha menjadi Muslim yang mampu menghidupi diri sendiri dan keluarga kita, dan berusaha membantu sesama Muslim. Jadi janganlah sampai kita hidup di dunia ini hanya untuk mengejar dunia saja, seperti pepatah kejarlah akhiratmu maka dunia akan kau dapat, jadi harus berjalan berdampingan. Kita harus mulai menyadari bahwa dunia ini hanyalah suatu perjalanan panjang menuju hidup yang kekal abadi, perjalanan panjang yang akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih panjang sangat panjang yang harus kita pertanggungjawabkan semua yang telah kita lakukan didunia ini. Kita bisa mulai bersyukur dengan cara-cara yang sederhana, dimulai dari diri kita Pertama, nikmat yang selama ini telah kita dapatkan di dunia ini harus kita yakini bahwa hanya karena kehendak Allah Subhanahu wa Ta’alla maka kita bisa memiliki atau menikmatinya. Jadi kita tidak perlu memiliki rasa khawatir akan kehilangan karena jika Allah Subhanahu wa Ta’alla berkehendak untuk mengambilnya maka niscaya nikmat itu akan hilang. Kedua, nikmat yang telah kita dapatkan harus kita syukuri dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’alla. Salah satu caranya adalah dengan banyak mengagungkan nama-Nya dengan berdzikir dan mohon ampunan supaya nikmat itu tetap bisa kita rasakan. Ketiga, nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta’alla kepada kita harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Contohnya jika kita diberikan harta yang berlebih, kita bisa berbagi dengan sesama karena begitu banyak orang yang kena musibah kita bisa menyalurkan harta kita melalui organisasi yang terpercaya. Jika kita tidak diberikan kelebihan harta tetapi diberikan kesehatan, kita bisa memanfaatkannya untuk membantu sesama. Hal yang penting adalah nikmat yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta’alla kepada kita harus kita gunakan dijalan Allah Subhanahu wa Ta’alla. Di tengah pandemi seperti sekarang ini banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak orang yang terkena musibah, dan kita masih diijinkan Allah Subhanahu wa Ta’alla untuk menikmati yang selama ini dititipkan kepada kita, yaitu kesehatan dan rizki pekerjaan. Sudah seharusnya kita lebih mudah untuk mensyukuri nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’alla, dan sepatutnya kita bersyukur dengan berbagi kepada sesama di lingkungan kita. Bahkan kita tidak tahu sampai kapan musibah ini akan berakhir, hanya Allah Subhanahu wa Ta’alla yang maha mengetahui. Ada suatu hadis nabi yang menyatakan “Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.” HR. Bukhari Agama kita menganjurkan kaumnya untuk rajin bekerja dan bukan menjadi orang yang peminta-minta, sebaik-baik tangan adalah yang diatas atau yang memberi bukan yang dibawah atau yang meminta, sebaiknya kita hanya meminta kepada yang maha memberi yaitu Allah Subhanahu wa Ta’alla berfirman dalam surat Al Fathihah ayat ke-5 “Hanya kepada Mu kami menyembah dan hanya kepada Mu kami mohon pertolongan” Meskipun setiap hari berdoa tapi jika tidak berusaha sama saja, karena Allah Subhanahu wa Ta’alla tidak suka dengan orang yang malas, yang perlu kita ingat adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’alla sangat menyukai orang yang tekun, rajin berikhtiar dan tawakal apalagi bersyukur dengan yang telah Allah berikan kepada kita. Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. – Al-Baqarah 152 Marilah kita jaga hati dengan baik untuk tidak memiliki rasa iri dan dengki dengan orang-orang di sekitar kita, kita harus yakin bahwa rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’alla tidak akan pernah tertukar, karena hal itu akan membantu memelihara rasa syukur yang telah kita miliki. Jangan sampai keikhlasan kita menjadi luntur dalam menerima segala pemberian Allah Subhanahu wa Ta’alla. Marilah kita semakin rajin mengagungkan Asma Allah Subhanahu wa Ta’alla di åsetiap waktu. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’alla menjaga kita dari godaan syaitan yang terkutuk. Semoga artikel ini bermanfaat untuk mengingatkan kita semua. Amiin ya Allah.
Menurut bahasa syukur adalah merupakan pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut. Sepertia mengucapkan hamdalah setelah menikmati sesuatu, atau mengucapkan terima kasih kepada orang yang memberi sesuatu. Secara bahasa perbuatan seperti ini disebut syukur. Sedangkan pengertian bersyukur dalam agama adalah mempergunakan nikmat sesuai dengan maksud diberikannya nikmat itu oleh pemberinya. Pemberi semua nikmat adalah Allah Swt. Jika kita merenung sejenak, maka kita akan bisa menyadari bahwa kita semua ini dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya. Dalam hitungan waktu ,setiap detik, setiap menit, dan seterusnya tercurah kenikmatan dari Allah Swt tak terhenti yang berupa hidup, kesehatan, kecerdasan, panca indra, udara yang dihirup. Karena itu setiap saat kita dituntut bersyukur kepada Allah Swt dengan mengakui dalam hati dan menggunakannya dalam kebaikan sesuai tuntunan syariat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah Swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan tiga cara. Adapun cara mensyukuri nikmat adalah sebagai berikut 1. Mensyukuri Nikmat Allah Swt Melalui Hati. Cara bersyukur kepada Allah Swt dengan hati ini maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini sepenuh hati bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah Swt semata. 2. Mensyukuri Nikmat Allah Swt dengan Melalui Lisan. Cara mensyukuri nikmat Allah Swt dengan lisan adalah dengan kita memperbanyak ucapan alhamdulillah segala puji milik Allah wasysyukru lillah dan segala bentuk syukur juga milik Allah Swt. 3. Mensyukuri Nikmat Allah Swt dengan Perbuatan. Cara mensyukuri nikmat Allah Swt dengan perbuatan yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah Swt, baik perintah itu yang bersifat wajib, maupun sunnah. Dan juga dengan meniatkan melakukan perkara-perkara mubah untuk mendukung, memperkuat dan memudahkan perkara yang wajib atau sunnat. Bersyukur kepada Allah Swt pada hakikatnya didasarkan atas pengakuan kita bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah berasal dari Allah Swt. Karena itu kepadaNyalah semua kenikmatan itu harus digunakan. Yaitu dengan cara menggunakan semua karunia sesuai keinginan dan maksud tujuan Allah Swt yang memberikan nikmat tersebut. Syukur dengan hati, lisan dan perbuatan ini hendaklah terefleksi dan tercermin pada setiap momentum yang bersifat nyata, bahkan yang tersamar sekalipun. Contoh cerminan sikap mensyukuri nikmat Allah yang tampak secara lahir ini dapat dilihat dalam sikap Nabi Sulaiman as saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di sampingnya dalam sekejap mata. Saat itu Nabi Sulaiman langsung berkata,هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ "Ini adalah anugerah Allah. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur." QS. An-Naml 40 Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang tiga cara bersyukur atas nikmat Allah Swt. Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang bersyukur dan di jauhkan dari sifat-sifat orang yang kufur nikmat. Aamiin.
– Salah satu wujud mulai sejak mensyukuri nikmat nan Allah anugerahkan ialah dengan menghabiskan makanan yang disajikan kerjakan kita. Makanan dan makan memang perkara sepele. Keduanya kita temui dan kita lakukans saban hari. Tapi sadarkah kita, bahwa kebiasaan berhabis kandungan dengan tidak menghabiskannya adalah rancangan tidak bersyukur? Nabi Muhammad bersabda حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا. رواه مسلم Rasulullah SAW Bersabda, “Kalau salah sendiri di antara kalian makan, maka janganlah dia mencuci tangannya sebelum ia menjilati [jari-ujung tangan tangannya] bahkan dahulu.” Mengagungkan makanan yakni sekian berpokok banyak tanzil Islam nan ditujukan kerjakan menghormati dan menghargai hal-keadaan bukan di luar sesama insan. Menghormati perut berarti menghormati Dzat nan menurunkan makanan. Menghormati makanan juga berarti memuliakan pihak-pihak nan terlibat privat proses tersajinya sebuah rahim yang siap disantap. Selain itu, Selam juga mengajarkan sebuah skor untuk enggak demen menghambur-hamburkan sesuatu. Internal al-Qur’an disebutkan bahwa “khalayak-orang nan mubaddzir menyia-nyiakan sesuatu adalah teman setan”. Artinya segala apa? Selam menghendaki umatnya bagi memanfaatkan setiap apa yang dia boleh dan meminimalisir semaksimal mungkin situasi-hal lakukan dibuang sia-sia. Bersumber spirit menghargai inilah sabda Nabi di atas muncul. “Jilati dulu ganggang tangan kamu, sebelum engkau mencuci bersih tangan dan piringmu.” Barokah kandungan yang diturunkan oleh Allah bisa saja ada di dalam butir minimal terakhir semenjak ki gua garba yang kita makan. Dengan memakan pemberitaan tahi dan menjilati jemari-jari, kita secara tidak simultan pula memastikan rahim yang Sang pencipta berikan hari ini mutakadim kita maksimalkan dan habiskan. Lalu bagaimana dengan ajaran Nabi bikin enggak bersantap sampai plus kenyang, padahal makanan kita masih banyak? Di sinilah bani adam diajarkan kerjakan enggak jebah saat mengambil atau takhlik makanan. Cak semau dosis dan jatah makan yang bisa ditakar sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori manusia. Maka seyogyanya untuk mengambil nafkah dengan jatah makan ala kadarnya, yang taksir-asa akan lewat sebelum kita khusyuk kenyang. Bersantap dan menikmati makanan ala kadarnya juga akan membentuk cucu adam rileks. Dia akan betul-betul menikmati tiap kunyahan. Dari suatu sogokan ke suapan lain, ada nyepi tentang rejeki dan belas kasih sayang Tuhan yang telah memberinya makan. Dia pula akan punya waktu untuk berpikir dalam-dalam, berapa banyak makhluk di luar sana yang tidak punya kesempatan menikmati kas dapur seperti dirinya? Maka praktik membuang-lempar makanan sejatinya bukanlah adat istiadat dan ajaran Islam. Detik misalnya kita diberi rejeki nan berlebih, maka Islam menganjurkan cak bagi menyedekahkan dan menyalurkannya kepada manusia yang membutuhkan. Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam hadis Rasul yang kita baca di awal.